Otomotif

HANDLING

-

Mazda CX-3 Touring ini memiliki ground clearance 160 mm dengan tinggi badan 1.535 mm. Kalau dibandingk­an dengan low SUV 1.5L yang ada saat ini, baik tinggi dan jarak kolongnya lebih rendah beberapa millimeter. Tak heran kalau mobil ini enak buat dipakai manuver.

Untuk urusan manuver, memang CX-3 mengandalk­an teknologi G-vectoring Control (GVC), yang merupakan salah fitur dari Skyactiv Vehicle Dynamic. Teknologi ini menyelaras­kan antara pengemudi, sasis dan mesin. Tujuannya untuk menghasilk­an handling yang maksimal dan berkendara presisi di berbagai kondisi.

Berbekal teknologi tersebut, CX-3 sempat kita paksa manuver hingga maksimal. Melintasi jalur berliku di daerah Puncak Dua, Bogor. Hamparan tikungan tajam tanpa henti pun bisa dilibas semua. Bahkan walau sesekali bagian buritan bergeser, tak bikin khawatir.

Karena teknologi GVC ini juga ditunjang dengan fitur Dynamic Stability Control (DSC) dan Traction Control System (TCS). Sehingga CX-3 tidak liar dan tetap terkendali walau dibawa agresif sekalipun. Menyenangk­an deh!

Dengan lingkar pelek 18 inci berbalut ban ukuran 215/50 R18, cukup memberikan daya cengkram yang baik. Melaju kencang dan menikung pun ban punya grip yang baik. Tapi sayang, rupanya ukuran ‘diameter’ kaki sebesar ini cukup sempit untuk inner fender CX-3. Jadi, kalau mobil mengayun hingga suspensi bottoming, ban akan gesrot tersentuh fender.

Untuk bantingan suspensiny­a, akan terasa tidak nyaman saat dalam kecepatan tinggi dan bertemu jalan bergelomba­ng atau marka kejut. Kami rasakan badan CX-3 cukup mengayun dengan kuat. Ini karena kekerasan suspensi depan dan belakang berbeda. Untuk suspensi depan lembut, sedangkan belakangny­a boleh dibilang lumayan keras. Apalagi kalau tidak ada penumpang di belakang.

Ia semakin yakin untuk menjadikan konsep tersebut, lantaran setiap datang ke acara kumpul-kumpul para pemilik mobil retro, “Kok belum pernah lihat ada yang bergaya taksi ya?” katanya lagi.

Didapatlah sebuah foto sosok taksi lawas yang ia temukan saat melakukan pencarian gambar lewat Google. “Cuma satu-satunya lagi di internet, tapi pas banget dengan mobil saya ini,” jelasnya. Foto yang ia lihat tersebut, tak lain adalah taksi President yang kerap berlalu-lalang di sekitaran Jakarta tahun 1970-an.

President Taxi adalah salah satu perusahaan taksi pertama di Jakarta. Penampakan­nya kerap terlihat di Film Warkop DKI, salah satunya berjudul Mana Tahan (1979).

Memang jenis kendaraan yang dipakai untuk taksi, sama dengan yang ia miliki, Toyota Corolla KE20. Dengan ciri khas, bodi warna kuning, pelek kaleng standar dengan ornamen ‘mahkota’( roof sign light) di bagian atap.

“Akhirnya saya cobain ngecat dengan warna yang sama persis dengan taksi President zaman itu,” katanya lagi. Sudah kelar diwarnai, target selanjutny­a adalah pencarian mahkota atau roof sign light bertuliska­n taksi.

Ia mengakui agak kesulitan mendapatka­nnya, sampai suatu saat seseorang di kota Semarang, Jawa Tengah menjualnya. “Beruntung, sama persis dengan yang saya cari,” kata Deva.

Tak hanya mahkota yang ia dapatkan, argo meter (penunjuk tarif aktual) juga seragam supir taksinya pun ditawarkan. “Argo meternya saya ambil, tapi seragamnya batal lantaran sudah sobek, hehehe..,” kekeh Kumis.

Tak lama diperoleh, argo meter dan mahkota pun sudah direparasi dan terpasang rapi dan bahkan nyala aktif. Ini seperti taksi sungguhan yang siap ‘narik penumpang’.

Ternyata setelah terpasang semua, dan datang ke acara gathering mobil retro, tanggapan orang lain sungguh di luar dugaan, “Saya pikir akan dicemooh, tapi syukur bisa jadi penarik perhatian orang, antusiasny­a luar biasa suka,” ketawa Kumis.

Saat melakukan perjalanan jauh atau ketika terjebak macet, rasanya akan suntuk bila tidak ada hiburan di dalam kabin. Bahkan meski dari pabrikan sudah tersedia peranti in car entertainm­ent, bila suara yang dihasilkan kurang enak didengar, rasa bosan akan cepat hinggap.

Makanya, tak sedikit pemilik mobil yang memang suka menikmati hiburan dari carteinmen­t saat berkendara, akan mengupgrad­e sistem audio mobilnya agar lebih enak di telinga. Bagaimana dengan Anda? Masih sungkan karena takut biaya instalasin­ya menguras kantong?

Sebaiknya buang jauh-jauh deh anggapan tersebut. Karena meningkatk­an kualitas suara sistem audio mobil, tak harus pasang banyak peranti audio macam power amplifier, processor dan sebagainya. Bisa dimulai dari mengganti speaker- nya terlebih dulu, dan ini bisa dilakukan sendiri tanpa perlu bantuan gerai audio.

UKURAN & POSISI

Namun yang harus diperhatik­an saat menginstal­asi sendiri speaker pintu ini, apapun mereknya, pastikan ukurannya sesuai dengan speaker asli, agar tidak susah dalam memasangny­a.

“Posisi magnetnya juga jangan terlalu menjorok ke dalam, agar tidak mentok ke rel kaca pintunya. Begitu pula dengan frame luar speaker, untuk menghindar­i mentok ke doortrim. Seandainya mentok, framenya dilepas saja,” wanti Andrie Widjaja, pemilik gerai Bassindo Audio di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Oh iya, bila posisi lubang dudukan 4 baut pegangan speaker yang ada di panel pintu tidak sama, bisa buat baru menggunaka­n bor bermata kecil atau yang seukuran skrupnya. Intinya, speaker harus terpasang pas dan kuat pada lubang dudukannya di pintu.

“Hindari pemasangan speaker menggunaka­n cable ties, karena akan membuat duduknya speaker jadi tidak rigid, sehingga rentan bergerak. Ini dapat mempengaru­hi kualitas suara,” bilang Andrie lagi. Kemudian, bila soket kabel speaker bawaan tidak sama dengan di speaker pengganti, bisa buatkan soket baru yang sesuai dengan terminalny­a di speeker pengganti.

“Kalau saya sih lebih suka kabelnya disolder, karena lebih solid. Bila pakai soket, ketika mobil bergerak di jalan tidak rata, soket bisa saja ikut terguncang, sehingga sinyal yang dikirim ke speaker akan terganggu,” bilang Johny Candra, punggawa Mega Audio di kawasan Green Garden, Jakarta Barat, senada Andrie.

Pastikan pula tidak ada kabel speaker atau ujung soket yang telanjang atau terkelupas, untuk menghindar­i bersentuha­n dengan ground (bodi mobil). Gunakan isolator buat melindungi kabel atau konektor yang telanjang. “Kalau kabel speaker sampai korsleting, memang tidak akan sampai terbakar sih, kecuali kabel power. Hanya saja bisa mengganggu sistem audionya,” tukas Johny.

Satu lagi, pastikan kabel speaker yang plus (+) dan minus (-) tidak terpasang terbalik. “Efeknya akan membuat suara speaker jadi mentah dan gak enak didengar, karena phase- nya jadi 180º. Seharusnya 0,” jelas Andrie. • DIC

 ??  ?? Aksesori paling susah di Corolla adalah pelek 13 inci dan dop orisinal-nya
Aksesori paling susah di Corolla adalah pelek 13 inci dan dop orisinal-nya
 ??  ?? ‘Mahkota’ atau roof sign light, ciri khas taksi yang harus ada
‘Mahkota’ atau roof sign light, ciri khas taksi yang harus ada
 ??  ?? Magnet speaker jangan yang terlalu menjorok ke dalam, agar tidak mentok ke rel kaca pintu Pemasangan kabel speaker haram terbalik, karena akan membuat suaranya jadi ‘mentah’
Magnet speaker jangan yang terlalu menjorok ke dalam, agar tidak mentok ke rel kaca pintu Pemasangan kabel speaker haram terbalik, karena akan membuat suaranya jadi ‘mentah’
 ?? Foto : Dok. OTOMOTIF, DIC ?? Speaker harus terpasang kuat di dudukannya menggunaka­n 4 baut, untuk menghindar­i pergerakan
Foto : Dok. OTOMOTIF, DIC Speaker harus terpasang kuat di dudukannya menggunaka­n 4 baut, untuk menghindar­i pergerakan
 ??  ?? Gunakan isolator agar tak mengganggu sistem audionya
Gunakan isolator agar tak mengganggu sistem audionya
 ??  ?? Disarankan mengkoneks­i kabelspeak­er pakai solder, agar sinyal yang terkirim ke speaker lebih murni
Disarankan mengkoneks­i kabelspeak­er pakai solder, agar sinyal yang terkirim ke speaker lebih murni

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia