IRITNYA SETARA MESIN DIESEL
Variable Compression
Pada perhelatan Paris Motor Show (29/9) lalu, Infiniti memperkenalkan teknologi mesin terbarunya yang revolusioner. Teknologi tersebut dinamakan VC-T yang singkatan dari Variable Compression Turbocharger. Rumornya, teknologi mesin VC-T sudah dipersiapkan pada model QX50 yang sudah siap masuk jalur produksi.
Teknologi mesin VC-T ini diklaim mampu menghasilkan perfoma optimal dari mesin bensin 2.000 cc turbo, dengan torsi dan efisiensi konsumsi bahan bakar yang tinggi, serta kadar emisi sangat rendah. Keunggulan tersebut dikarenakan mesin VC-T mampu mengubah rasio kompresi antara 8,1:1 hingga 14,1:1 tergantung dengan kebutuhan dan mode berkendara.
SAAB YANG PERTAMA
VC-T bukanlah hal baru, lantaran teknologi variable compression ( VC) sudah dikenal sejak lama. Saab menjadi pabrikan mobil pertama yang menyodorkan konsep ini ke publik pada Geneva Motor Show 2000.
Mesin yang diberi nama SVC (Saab Variable Compression) ini memiliki blok yang terbagi dua, yaitu bagian bawah tempat crankshaft dan bagian atas yang menyatu dengan kepala silinder. Untuk mengubah rasio kompresinya, salah satu sisi blok bagian atas akan terangkat dan membentuk sudut maksimum 4 derajat sehingga tercipta ruang lebih besar di atas piston pada langkah kompresi.
Mekanisme berbeda dari Saab diterapkan Infiniti dalam membuat sistem VC di mesin QX50 yang berkapasitas 2.000 cc dengan turbo. Tak seperti mesin konvensional yang setang pistonnya langsung terhubung ke kruk as, pada mesin Infiniti, kruk asnya memiliki lengan penghubung ( pivot arm) dengan konektor di kedua ujungnya.
Ujung pertama terhubung ke setang piston, sementara ujung lainnya dihubungkan ke poros di bagian bawah yang dikontrol oleh lengan aktuator. Saat piston bergerak naik-turun dan memutar kruk as, aktuator dapat mengubah sudut lengan penghubung. Dengan begitu, piston tetap bergerak naik turun dengan gerakan yang sama, namun besar langkahnya akan berubah-ubah sesuai pengaturan sudut pivot arm.
Jika lengan penghubung digerakkan ke atas, maka piston akan melakukan kompresi lebih tinggi. Sebaliknya jika lengan penghubung digeser ke bawah, rasio kompresi akan menjadi lebih rendah, karena posisi titik mati atas ( TMA) piston lebih rendah.
HEMAT BBM 30%
Menurut pihak Infiniti, sistem pengatur akan bekerja terus menerus tanpa jeda untuk mengubah rasio kompresi antara 8:1 ( high performance) hingga 14:1 ( high efficiency). Sistem logic control canggih di mesin akan melakukan perubahan ini sesuai situasi berkendara.
Mode performa tinggi justru terjadi saat rasio kompresi sedang rendah. Ternyata rasio kompresi rendah ini dibuat untuk menyiapkan mesin menerima boost maksimum dari turbo. FYI, boost turbo maksimal berada di angka 23,2 psi atau setara dengan 1,5 bar! Sehingga dengan kompresi rendah, maka gejala detonasi atau knocking saat turbo terjadi dapat dicegah, sehingga daya tahan mesin terjaga.
Sebaliknya, rasio kompresi tinggi diatur mode berkendara efisien, yakni ketika sedang berkendara dalam kecepatan konstan. Contohnya, seperti ketika berkendara dengan kecepatan menjelajah di jalan
Foto : Dok. OTO MOT IF
bebas hambatan atau ketika sedang berada dalam kecepatan rendah.
Tahap akhir pengembangan mesin ini menargetkan output tenaga maksimum mencapai 270 PS (266,2 DK) dan torsi 390 Nm. Sepintas memang tak terlalu berbeda signifikan dengan mesin 2.000 cc turbo kovensional. Namun Infini mengklaim efisiensi konsumsi bahan bakar QX50 terbarunya nanti bisa menyaingi mesin turbo diesel modern, lantaran mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 30 persen! • Tomo