Otomotif

BERHARAP MENCETAK SEJARAH BARU

- DAB •

Satu pembalap Indonesia akan kembali berkompeti­si di Motogp 2019, kelas Moto2 lewat Dimas Ekky Pratama. Ia akan membela Honda Team Asia. Tapi Dimas bukanlah pembalap Indonesia pertama yang berlaga di ajang Moto2.

Di musim 2013 ada 2 nama yang membawa bendera Indonesia kelas menengah Motogp itu. Mereka adalah Rafid Topan Sucipto dan Doni Tata Pradipta. Topan merupakan pembalap jebolan Asia Road Racing Championsh­ip (ARRC) Supersport 600, sedangkan Doni lama menelan pengalaman di World Supersport 600 ( WSSP600) dan GP125.

Namun prestasi kedua pembalap itu tidak begitu cemerlang di musim 2013. Pengalaman yang minim dengan motor prototype 600 cc 4 tak menjadi alasannya, ditambah minimnya bahasa Inggris yang mereka gunakan jadi kendala dalam menyampaik­an keluhan pada mekanik yang rata-rata orang asing.

Doni Tata hanya berhasil mendulang 1 point sepanjang musim 2013 saat berseragam Federal Oil Gresini Moto2. Sedangkan Topan yang berada di tim QMMF Racing mengakhiri musim tanpa skor sama sekali. Setelah itu tidak ada lagi pembalap Indonesia yang berkompeti­si secara reguler di Moto2.

Angin segar datang ketika Dimas Ekky Pratama diseriuska­n oleh Astra Honda Racing Team (AHRT) untuk berkompeti­si di kancah Eropa, CEV Moto2 sejak 2016. Tiga musim berkompeti­si di Eropa, pembalap yang baru saja jadi ayah ini dua kali meraih podium di Barcelona, Spanyol pada 2017 dan di Albacete pada 2018 serta langganan finish 5 besar.

Pengalaman membuat pembalap asal Depok, Jabar ini dibidik Honda Team Asia sebagai salah satu pembalap yang mumpuni untuk memacu motor purwarupa di Moto2 2019.

“Honda Team Asia itu membidik pembalap Asia dari semua kompetisi, apalagi yang sudah mendekati Motogp. Dimas jadi pilihan karena dia ada di CEV Moto2, sama dengan rekan setimnya nanti Somkiat Chantra ( Thailand) yang tahun ini ada di CEV Moto3,” jelas Thomas Wijaya, Marketing Director PT. Astra Honda Motor (AHM).

Meskipun nantinya Dimas akan satu tim dengan pembalap yang lebih muda darinya, tidak ada istilah pembalap pertama atau kedua di tim tersebut. Semuanya sama-sama belajar dari awal, karena Moto2 tahun ini menggunaka­n mesin Triumph 765 cc dengan 3 silinder.

BUTA DATA

Karakter mesin yang berbeda dengan Honda CBR600RR yang digunakan di Moto2 tahun ini membuat semua tim tak memiliki data mumpuni. “Ini yang jadi peluang bagi Dimas. Karena semua tim sama-sama buta data. Semua tinggal dari diri Dimas sendiri. Kalau balap di Spanyol, dia sudah paham karakter sirkuit. Tapi sirkuit seperti di Amerika, Dimas dituntut untuk cepat beradaptas­i,” tambah Thomas.

Untuk segi pembinaan, Dimas yang masih di bawah naungan AHRT akan lebih bebas dalam sponsorshi­p. Sebab AHRT tahun ini seluruh sponsornya akan melibatkan semua pembalapny­a di semua ajang.

“Bagus kalau Dimas dapat sponsor pribadi seperti Red Bull misalnya, itu haknya,” sambung pria berkacamat­a itu.

Tidak ada target khusus bagi pembalap berusia 26 tahun ini. Ayah dari Ishana itu hanya diberikan target untuk bisa beradaptas­i secepat mungkin dan meraih point. Peluangnya di musim 2019 bisa diprediksi pada tes pramusim Moto2 yang akan dilakukan di sirkuit Jerez, Spanyol (23-25/11).

Wah sirkuit Jerez sih sudah sirkuit hafalan nih buat Dimas.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia