SINERGIINOVASIDANMELALUI
Tren kendaraan listrik, e-mobility, kendaraan swakemudi, hingga otomatisasi industri 4.0, tentunya menjadi isu yang menantang semua pabrikan otomotif dunia. Tak terkecuali soal kesiapan teknologi hingga ekspektasi konsumen. Semua itu dibahas pada gelaran Southeast Asia Automotive Technology Summit (SAATS) 2019, yang dihajat di Double Tree by Hilton Jakarta (6-7/11).
Melalui focus group discussion (FGD) tersebut, berbagai inovasi disuguhkan oleh para ahli dari berbagai perspektif. Mulai pejabat Pemerintah, OEM (pembuat mobil), pemasok komponen, penyedia solusi, pakar otomotif, dealer, distributor,
lain sebagainya. kata kuncinya adalah sinergi melalui inovasi.
Diawali perwakilan pemerintahan, yakni Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP), Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika. “Kami sudah meluncurkan dua regulasi. Yang pertama soal percepatan kendaraan listrik berbasis baterai (Perpres 55/2019), serta harmonisasi PPNBM untuk kendaraan ramah lingkungan dan hemat bahan bakar (PP 73/2019),” beber Putu.
Mengenai revolusi industri
4.0, Putu mengatakan pihaknya telah melakukan pembimbingan hingga sertifikasi kepada industri yang telah berhasil meng- upgrade eksosistemnya menjadi 4.0.
“Jumlah industri yang telah berhasil menerapkan 4.0 sudah ada ratusan,” imbuhnya lagi.
SOLUSI KOLABORATIF
Konferensi tingkat tinggi teknologi otomotif Asia Tenggara, yang dihajat Escom Event, menjadi ajang diskusi sekaligus solusi kolaboratif yang menyatukan berbagai platform dan perspektif. Salah satunya, implementasi industri 4.0, yang ditawarkan oleh QAD Indonesia. Yakni sebuah solution provider di bidang IT.
“Sudah banyak yang bertanya mengenai solusi untuk menyongsong industri 4.0, tapi tidak banyak yang bertanya apakah pondasi dalam hal ini sistem manajemen data mereka sudah siap untuk industri 4.0,” sebut Leigh Fletcher, Direktur QAD Indonesia, yang didampingi Darwin Widjaja selaku Senior Consultant QAD Indonesia.
QAD Indonesia juga memberikan solusi, yakni dengan menyediakan framework upgrade sistem manajemen yang lebih efisien. Yaitu kesiapan sistem manajemen data untuk menunjang industri 4.0.
Solusi serupa juga disediakan di tingkat dealer oleh CDK Global dengan platform Dealer Management System (DMS). Konsepnya mengintegrasikan data konsumen seperti selera, kebutuhan, dan kebiasaan konsumen dalam menentukan produk yang akan ditawarkan ke pembeli.
“Sistem tadi juga bisa digunakan untuk memonitor performa penjualan, yang diakses oleh prinsipal, jaringan dealer, hingga supplier jika dibutuhkan,” terang Syam Ravi Menon, Commercial Director New Markets CDK Global.
Selain itu terungkap pula tren multi- channel sales dan marketing, yang diobservasi oleh Modera, solution provider di bidang Customer Experience. “Kebanyakan dealer dan produsen kendaraan sekarang sudah punya presence yang bagus baik di internet ataupun dunia nyata, tapi bukan berarti tidak bisa lebih baik lagi, terutama dari integrasi data dan touch point konsumen secara digital,” papar Siim Vips, CEO Modera.
Inovasi dari segi industri juga disuguhkan Baker Hughes, anak perusahaan General Electric, khususnya dari teknologi quality control. Yakni dengan mengadaptasi teknologi X-ray dan radiologi layaknya CT Scan, untuk mengidentifikasi cacat produksi pada komponen, dan dilakukan tanpa harus membongkar komponen yang diperiksa.
“Metode kami mengurangi resiko kecacatan produksi yang mengharuskan recall (penarikkan kembali), sehingga berpotensi menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh recall,” terang Herman Salim, Senior Sales Manager Baker Hughes. •