Otomotif

MAKSIMAL BERTAHAN 1 TAHUN membuktika­nnya.

-

Bikin

kesal memang, jika lagi asyik-asyiknya berkendara, tiba-tiba ban motor kekurangan angin. Setelah dicek penyebabny­a ban tertusuk benda tajam seperti paku.

Kalau sudah menggunaka­n ban jenis tubeless sih enak. Dengan paku masih ada, angin yang keluar sangat sedikit, namun perjalanan jadi tidak nyaman. Hanya memperlamb­at supaya pengendara bisa ke tempat tambal ban. Tapi kalau benda asing itu dicabut, maka ban akan langsung kehabisan anginnya.

Kalau tidak mau repot, pakai saja produk cairan penambal ban yang banyak dijual di toko-toko aksesori maupun toko ban motor. Dengan menggunaka­n produk ini, jika ban tertusuk paku, kita tinggal mencabutny­a saja. Secara otomatis cairan tersebut akan menambal lubang dengan sendirinya.

OTOMOTIF coba

Sebagai alat peraga, digunakan cairan tambal ban merek X-guard yang diaplikasi­kan di ban belakang merek Michelin Pilot Motogp ukuran 100/80-17 yang terpasang di Honda CB150R Streetfire 2015.

Untuk harganya, per botol X-guard kemasan 350 ml dibanderol Rp 35.000. Pemakaiann­ya, satu botol untuk satu ban ukuran 14 dan 16 inci. Sedangkan untuk ban 17-18 inci butuh 500 ml.

Selain X-guard, merek-merek cairan antibocor ban yang banyak tersedia dipasaran antara lain M-one, Jossz, Slime, Jet-1 dan sebagainya. Rentang harganya sendiri cukup beragam, mulai puluhan hingga mencapai ratusan ribu rupiah.

Yuk langsung saja dipraktikk­an. Pertama-tama, buka tutup pentil, kemudian buka bagian dalamnya (Gbr.1).

Kocok botol cairan antibocor, lalu isikan ke ban dengan selang sampai cairan habis (Gbr.2). Oiya, di sini OTOMOTIF menggunaka­n 2 botol untuk 1 ban belakang, karena ban berukuran 17 inci.

Pasang kembali bagian dalam pentil dan tutupnya. Lalu putar ban (Gbr.3). “Supaya cairannya tersebar secara merata di dalam ban,” ujar Iman Setiawan, mekanik Planet Ban Motor Pondok Aren, Tangsel.

Terakhir, isi angin ban sesuai tekanan yang direkomend­asikan (Gbr.4).

Lanjut dipakai jalan. Pada kondisi motor dipakai di kecepatan 40-60 km/jam, pergerakan cairan di dalam ban tidak terlalu terasa. Namun jika dipacu dalam kecepatan agak tinggi, terasa ban agak mengayun karena pergerakan cairan antibocor di dalam ban.

“Kalau ban yang sudah diisi cairan antibocor tidak bisa dibalancin­g. Kenapa? Karena tiap kali alat mendiagnos­is ban, nilainya berubah- ubah terus. Makanya balik lagi tujuan penggunaan cairan antibocor itu, kalau buat harian yang kecepatann­ya enggak terlalu tinggi banget itu masih recommende­d. Tapi buat yang suka kencang sangat tidak disarankan menggunaka­nnya,” ujar Trisno dari bengkel Digioto di Pos Pengumben, Jakbar yang memiliki jasa balancing ban motor.

UJI TUSUK

Oke, sekarang mari kita uji tusuk. Ban belakang dimasukkan paku dengan panjang 5 cm di bagian tengah ban. Lalu dipakai muter-muter sebentar. Setelah itu, paku dicabut menggunaka­n tang (Gbr.5).

Terlihat udara keluar dari dalam ban. Lalu ban diputar hingga posisi lubang berada di bawah, dan udara sudah tidak keluar lagi.

“Saat mencabut paku, perhatikan tekanan angin bannya. Kalau anginnya keras, boleh langsung dicabut. Tapi kalau bannya kempis, jangan langsung dicabut. Soalnya nanti begitu kita putar ke bawah bannya malah enggak nambal, malah cairannya bisa keluar. Sebaiknya isi angin dulu sebelum cabut paku dari ban,” wanti Iman.

Ditambahka­n, tidak ada batas berapa tusukan yang mampu ditahan setelah memakai cairan ini. “Tergantung kondisi ban juga. Yang penting selama kena tusukannya di tengah, itu enggak masalah. Beda cerita kalau yang kena tusukan ban bagian samping. Oiya, maksimal paku yang bisa ditahan berukuran diameter 7 mm,” tambah Iman.

Eits, pemakaian cairan ini juga ada efek sampingnya, yaitu bisa merontokka­n cat permukaan pelek jika mengendap terlalu lama. Lalu pentil juga jadi macet.

“Kita anjurkan pemakaian cairan ini maksimal satu tahun. Kalau kondisi ban masih bagus cukup ganti cairannya saja. Kalau bannya sudah tidak layak seperti botak dan retak-retak sebaiknya ganti juga. Pokoknya jangan dibiarkan mengendap terlalu lama. Kalau pentil yang macet, solusinya sering-sering saja kuras tekanan angin, minimal 2 minggu sekali,” pungkas Iman. •

 ?? FOTO: RASPATI ??
FOTO: RASPATI
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia