DRS MATI, PEMBALAP KESULITAN
Mobil
F1 memiliki perangkat penting dalam menunjang aerodinamika, yaitu DRS ( Drag Reduction System). Perangkat ini terdapat di sayap belakang yang berfungsi meredam hambatan laju angin pada mobil.
Pada regulasi mobil F1 tahun ini, kedua bilah sayap belakang mobil F1 akan membuka dengan jarak 50 mm. Ini bisa mereduksi hambatan pada laju mobil dan menambah kecepatan mobil sampai 10 km/jam pada DRS Zone yang ada di setiap sirkuit.
Namun apa jadinya kalau DRS tidak bisa digunakan secara maksimal. Seperti pada saat F1 Abu
Dhabi di sirkuit Yas
Marina akhir pekan lalu (1/12). Sampai lap ke-18, DRS tidak bisa dilakukan karena server yang menentukan zona DRS dari mulai titik awal sampai titik akhirnya tak bisa berfungsi.
“Pada dasarnya itu hanya masalah teknis pada server yang bermasalah. Kami langsung mengabarkan pada tim kalau DRS tidak bisa digunakan dan agar disampaikan kepada setiap pembalapnya,” ujar Michael Masi, selaku Race Director F1 Abu Dhabi.
Jika zona DRS tidak bisa ditentukan dengan baik, meskipun para pembalap tahu kalau sektor tersebut merupakan zona DRS, dampaknya bisa mengurangi tingkat keamanan. Mulai tidak bisa mengerem dengan optimal, sampai gangguan aliran udara pada mobil.
SULIT
Untuk itu zona DRS selalu dibatasi pada setiap sirkuit. Bahkan penggunaannya bisa dibatasi, semisal kondisi lintasan basah atau deru angin sedang kencang. Nah, masalah tidak bisa menggunakan perangkat aerodinamika itu dirasakan Lewis Hamilton.
Pembalap Mercedes AMG Petronas itu merasakan ada perbedaan dengan menggunakan ban keras, saat tidak bisa mengaktifkan DRS.
Hamilton mengakui kalau dirinya sulit mengendalikan laju mobil saat hendak masuk ke tikungan.
“Saya coba kendalikan itu dengan sangat baik dan mengatur ritme pengereman dengan baik. Sempat tak menduga kalau saya bisa mencatatkan fastest lap. Coba terus menjaga jarak sampai kami bisa kembali mengaktifkan DRS dan membuat catatan waktu lebih baik,” urai juara dunia F1 2019 itu.
Kendali mobil yang baik juga dilakukan Max Verstappen dari tim
Aston Martin Red Bull Racing Honda. Mobil RB15 miliknya mengalami masalah pada akselerasi, sehingga itu berlanjut pada tingkat responsif mobil yang agak lambat.
Masalah itu dirasakan pembalap asal Belanda tersebut pada 10 lap terakhir dan membuatnya harus kehilangan jarak yang sangat jauh dari Hamilton, 16,772 detik. Meski begitu, dirinya berhasil finish di podium kedua karena Charles Leclerc (Scuderia Ferrari F1 Team) juga sudah tertinggal jauh di posisi ketiga.
AMAN
“Masalah akselerasi membuat torsi mobilku bermasalah dan tenaga yang dikeluarkan tidak maksimal. Itu cukup menghambat saya saat keluar tikungan. Masalah itu akan jadi evaluasi untuk musim depan,” urai Verstappen.
Leclerc yang amankan podium ketiga terbilang sangat bersyukur karena dia mengalami balapan yang terbilang sulit. Mulai ketidaktepatan memilih ban, sampai akhirnya Ferrari SF90 besutannya harus diinvestigasi selepas balapan.
Mobilnya diduga membawa jumlah bahan bakar yang melebihi batas ketentuan regulasi. Namun setelah dilakukan investigasi pascabalapan, pembalap bernomor 16 itu tetap resmi meraih podium ketiga.
“Dalam perhitungan kami, itu bukanlah masalah pada regulasi olahraga atau teknisnya. Tetapi itu hanya dugaan yang dituduhkan. Semisal itu berjalan lancar dan terbukti kami tidak berasalah, jelas kami akan menghadapinya dengan tenang,” papar Mattia Binotto, Pimpinan Tim Scuderia Ferrari F1. •