WULING CONFERO S 1.5L ACT LUX+
Meski harus menunggu hampir satu tahun, akhirnya kami mendapat unit tes Wuling Confero S 1.5L ACT Lux+. Kepanjangan dari ACT adalah Automatic Clutch Transmission. Yup, tipe yang satu ini bisa dibilang varian‘setengah matiknya’confero S.
Jujur, awal dirilisnya varian baru Confero S ini, sempat muncul pertanyaan besar kenapa tidak sekalian dikeluarkan versi matiknya? Misal pakai CVT kayak di saudaranya yang saat itu barengan diperkenalkan, yakni Cortez CT.
O iya, kami sebut varian‘setengah matik’, karena sejatinya jenis transmisi Confero S yang satu ini memang manual 6-percepatan. Namun dihilangkan pedal koplingnya, yang digantikan oleh sebuah actuator sebagai mekanisme pembebas kopling saat perpindahan gigi.
Actuator ini akan bekerja membebaskan kopling ketika membaca ada pergerakkan tuas transmisi, atau saat rem diinjak. Jadi, kaki kiri driver memang benar-benar istirahat seperti halnya pada mobil bertransmisi otomatis.
PAHAMI KARAKTER TRANSMISINYA
Sayangnya menurut kami, transmisi model ini kurang responsif ketika mobil ingin diajak berakselerasi spontan atau cepat. Meski tuas transmisi sudah dipindah dengan cepat, namun respons kopling dari kondisi bebas menuju terkunci, butuh waktu hampir 1 detik. Sehingga putaran mesin harus mengayun terlebih dahulu.
Makanya dari beberapa kali pengukuran akselerasi yang kami lakukan, hasilnya tak sebaik saat kami uji Confero S bertransmisi manual.
Waktu terbaik yang mampu diraih Confero S ACT ini untuk mencapai kecepatan 100 km/ jam dari kondisi diam, hanya
17 detik bersih. Sementara varian transmisi manualnya bisa meraih 14,5 detik. Artinya, ia terpaut 2,5 detik lebih lambat.
Begitu juga saat menempuh jarak 402 meter, Confero S ACT ini hanya mampu meraihnya dalam waktu 21,1 detik. Padahal versi transmisi manualnya bisa mencapainya dalam waktu 19,8 detik saja.
Selain itu, sensor pada tuas transmisinya juga cukup sensitif. Sebab ketika tuas transmisi tertekan sedikit saja, misalnya tak sengaja tangan masih menyetuh tuas, maka actuator akan membebaskan kopling. Jadi ketika sudah pindah gigi, sebaiknya tangan jangan berada pada tuas transmisi seperti halnya kebiasaan pengemudi mobil bertransmisi manual.
Lalu ketika melakukan stop and go di jalan mendaki yang kondisinya lagi padat kendaraan, sebaiknya selalu gunakan rem tangan saat hendak mulai melaju. Jangan menganggap karekaternya kayak mobil bertransmisi otomatis murni, yang ketika transmisinya‘masuk’di D, mobil akan terasa seperti mau jalan.
Sebab, kalau Anda masih menginjak rem, kopling akan dalam posisi‘bebas’. Sehingga kalau rem tangan tidak kita tarik, begitu kaki terlepas dari pedal rem, meski posisi gigi sudah‘masuk’, dalam seper sekian detik mobil akan meluncur mundur. Serem kan kalau buritannya menghajar mobil di belakang, hehehe..
Tapi, sebenarnya ini hanya soal kebiasaan saja. Ada baiknya ketika memutuskan menembus Confero
S ACT yang banderolnya memang menggiurkan dan masih di bawah Rp 200 jutaan ini, pelajari terlebih dulu karekter transmisi Act-nya.
Sistem transmisi ACT ini memang kami rasakan cukup bermanfaat membuat kaki kiri tidak pegal lagi saat terjebak di kemacetan. Apalagi saat kami uji stop and go di tanjakan yang kemiringan cukup ekstrem, tidak ada masalah soal kemampuan menanjaknya, meski kabin terisi banyak penumpang.
BANYAK FITUR KEREN
Dengan harga tertinggi hanya Rp 196,3 juta on the road DKI Jakarta (tipe Luxury+), Conferos S ACT ini cukup banyak fitur-fitur kerennya yang belum ada di kebanyakan kompetitornya. Antara lain sudah dilengkapi tombol adjuster leveling headlamp.
Lalu ia juga dilengkapi fitur indikator Tire Pressure Monitoring System (TPMS), jok tengah sudah model captain seat dan sarung jok sudah berlapis kulit sintetis, atapnya sudah dilengkapi roofrail dan sebagainya.
Sayangnya, pada layar MID masih tidak terlihat adanya indikator fuel consumption. Padahal rata-rata mobil jenis low MPV lainnya sudah dilengkapi fitur tersebut, yang cukup membantu pengemudi untuk berkendara lebih efisien lagi.