RASA BERKENDARA
Mazda mengklaim kalau CX-30 ini dirancang mudah dikendarai. Ketinggian mobil yang dinaikkan, memberikan visibilitas yang sangat baik. Dimensi bodinya yang kompak juga menjadikan mobil ini lebih mudah untuk bermanuver di berbagai kondisi jalan.
Sebagaimana halnya modelmodel Mazda lainnya, saat menjajal Mazda CX-30 ini, pengendara akan merasakan seperti menyatu dengan mobil. Kalau istilah Jepangnya adalah Jinba Ittai. Hal tersebut lantaran kabin Mazda CX-30 dirancang menggunakan filosofi Human-centric, dipadu arsitektur tradisional Jepang yang memanfaatkan penggunaan ruang kosong (MA).
Tujuan dirancang seperti itu, adalah untuk menjadikan pengemudi dapat menikmati pengendaraan tanpa hilang konsentrasi. Penumpang pun dapat merasakan kenyamanan selama perjalanan.
“Ruang kosong (MA) merupakan filosofi budaya Jepang. Maknanya adalah keterbukaaan, tapi menghangatkan. Semua serba polos dan simple. Jadi, ruang kosong itu dilihat akan keindahan, artinya pengemudi sangat mudah mengoperasikan fitur dan tidak mudah capek saat berkendara,” jelas Kenny Wala, Product Planner PT EMI.
Nah, setelah memegang smart entry key mobil ini, kami pun mulai berangkat dari dealer Mazda di kawasan Simprug, Jaksel, menuju ke arah Semanggi. Kemudian dilanjut masuk tol dalam kota menuju Cikampek.
Saat melewati lalu lintas Ibu Kota yang saat itu cukup padat, dimensi CX-30 yang panjangnya hampir 4 meter ini tidak membuat kami kesulitan mengendalikannya. Crossover ini tetap enak diajak meliuk-liuk di antara kemacetan.
Kemudian saat melintas di jalur elevated tol Jakarta-cikampek (Japek), kami merasakan bantingan suspensi CX-30 cukup bersahabat. Baik pengemudi maupun penumpang, tidak merasakan guncangan yang berlebihan di dalam kabin.
Dengan kata lain, racikan suspensi Macpherson Strut di kaki depannya dan torsion beam axle di belakang, mampu meredam guncangan bodi dengan cukup baik. Meskipun ia menggunakan roda berdiameter besar, yakni 18 inci dengan ukuran ban 215/55 R18.