CUMA BOOKING, TAPI BATAL BELI
Seperti diketahui, Gaikindo telah merilis laporan penjualan wholesales
(dari pabrik ke dealer) September 2020, berselisih lumayan banyak dibanding retail sales (dari dealer ke konsumen) sebesar 5.192 unit.
Artinya terjadi penumpukan stok di dealer. Lantaran banyak konsumen yang menunggu ‘gong’ relaksasi pajak kendaraan. Yaitu dengan menyetor uang tanda jadi alias booking fee, sambil berharap ketika di-sahkan kebijakannya, maka dilanjut transaksi pembelian. Namun ternyata, konsumen seolah termakan ‘harapan palsu’.
“Terus terang, dari booking (kemudian dilanjut ke pembelian) trennya mulai melambat. Mereka (konsumen) booking tapi belum merealisasikannya.
Kami diskusi ke tim sales, banyak konsumen melakukan pending, melihat aturan,” papar Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM).
Indikasi penundaan pembelian akibat kegalauan konsumen menunggu kebijakan relaksasi pajak 0% dirasakan cukup bikin deg-degan. Mengingat semua merek sedang menggenjot penjualan di akhir tahun. Lantas seberapa besar persentase konsumen yang menunggu atau bahkan tak jadi beli?
“Konsumen ada juga yang booking dulu tapi tidak mau meretailkan. Nah untuk tipe kedua ini, gap- nya besar. Bisa 30-40% gap- nya, dibanding tren sebelumnya. Kalau digantung terus orang bakal menunggu terus,” sambung Billy, pada kesempatan virtual press conference HPM (19/10).
Meski begitu, HPM mengapresiasi keputusan pemerintah yang saat ini memilih untuk tidak membahas relaksasi pajak kendaraan. Namun menurut Billy, relaksasi pajak tentunya bisa meningkatkan penjualan otomotif. Tentunya jika benar-benar terealisasi.
“Kabarnya tidak jadi, kebijakan pemerintah tentunya untuk kebaikan ekonomi. Menkeu kali ini tampaknya memilih untuk memberikan insentif kepada global, tidak hanya industri otomotif. Apa yang diputuskan pemerintah tentunya untuk kebaikan ekonomi, apapun kebijakan pemerintah kita akan ikuti,” sambung Billy.