ALEX VS ALEX
Ronde 10 Motogp di sirkuit Aragon diprediksi akan kembali hadirnya raja Motogp Aragon (18/10), Marc Marquez. Namun ternyata pembalap Repsol Honda Team itu baru akan kembali pada seri lanjutan di sirkuit Aragon yang bernama Motogp Teruel akhir pekan ini (25/10).
Tak ada Marc Marquez, sang adik yang juga rekan setimnya, Alex Marquez menunjukkan performa yang luar biasa. Start dari posisi 11, Alex mendahului satu per satu lawannya dan sampai lap 14 ia sudah menempati posisi tiga.
Manajemen dan pemilihan ban yang baik dan top speed yang apik dari Honda RC213V memang menjadikannya sangat dominan di sirkuit Aragon yang berkarakter cepat. Ketika para pembalap memilih kombinasi soft/ soft, pembalap bernomor 73 itu pilih medium/soft.
Kemudian saat sudah menempati posisi kedua, ia terus menekan Alex Rins ( Team Suzuki Ecstar) yang memimpin jalannya lomba sejak lap ke-9.
“Menjelang lap terakhir ban mulai terasa habis, khususnya di sisi kiri, sehingga saya tidak bisa memaksa lebih jauh. Andaikan sedikit lebih optimal, saya bisa mendahului Rins sampai balapan selesai,” ujar Alex Marquez.
“Podium kedua ini benar-benar memberikan perasaan yang luar biasa. Saya tidak pernah menang di Aragon, bahkan sejak di Moto3. Tapi podium kedua di sini rasanya seperti kemenangan karena ini podium pertama saya di balapan kering,” sambungnya.
PEMBUKTIAN
Memang selepas podium di balapan basah Motogp Perancis pekan lalu (11/10), pembalap 24 tahun itu disebut hanya jago di kondisi hujan. Namun ia membantahnya dengan podium kedua Motogp Aragon. Kebanggaan juga dirasakan Rins yang akhirnya kembali ke podium tertinggi setelah terakhir ia dapatkan pada Motogp
Inggris 2019.
Ini juga menjadi kemenangan pertama bagi Suzuki tahun ini. Sama seperti Alex Marquez, Rins juga mendahului sembilan pembalap pada Motogp Aragon.
“Memulai balapan dari posisi ke-10 jelas tidak menguntungkan untuk podium, tapi saya mencobanya dengan melakukan start yang baik dan bisa naik 6 posisi di lap pertama,” urai Rins yang menjadi pemenang ke-8 musim ini.
“Setiap ada momen, saya coba mendahului pembalap di depan saya. Akhirnya saya dan Suzuki bisa menang tahun ini. Sejak latihan saya cukup kesulitan, tapi saya tahu kalau Suzuki unggul di durabilitas, sehingga menguntungkan untuk balapan,” lanjutnya.
PODIUM GANDA
Rins naik podium bersama rekan setimnya, Joan Mir dan menjadi podium ganda kedua bagi Team Suzuki Ecstar di musim ini. Podium ketiga yang diraih Mir membawanya ke puncak klasemen sementara usai rival utamanya, Fabio Quartararo (Petronas Yamaha SRT) finish di posisi 18 dan tidak mendulang point.
Selisih hanya 10 angka sebelum Motogp Aragon dan 16 angka yang didapat Mir selepas balapan, membawanya ke puncak klasemen sementara. Uniknya, Mir belum pernah menang musim ini, tetapi bisa bercokol puncak klasemen sementara.
Butuh waktu dua dekade bagi pembalap Suzuki untuk merasakan puncak klasemen. Terakhir kali dilakukan Kenny Roberts Jr pada tahun 2000. “Semua usaha keras kami terbayar dengan baik dan membawa kami memimpin klasemen,” tutur ‘Miracle Mir’. “Race pace saya bagus, tapi ban depan kian abrasi dan jadi evaluasi untuk Motogp Teruel. Empat balapan tersisa tahun ini, saya masih penasaran untuk menang. Semoga saja bisa tercapai di Aragon kedua,” tambah pembalap 23 tahun itu.
RUSAK EKSPEKTASI
Ketiga peraih podium Motogp Aragon ini juga merusak ekspektasi skuat Yamaha yang mendominasi semua sesi latihan dan kualifikasi. Namun mereka tak berbuat banyak sepanjang balapan dan terhempas dari podium. Hanya Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha Motogp) yang bersaing untuk tiga besar, meski akhirnya harus puas finish posisi empat.
Duo Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli hanya finish di posisi 6 dan Fabio Quartararo yang notabene pole seater malah tidak mendapatkan point sama sekali dan kehilangan puncak klasemen.
“Balapan yang sulit, kami tidak menduga akan sesulit ini balapan di Aragon dan membuat saya kehilangan puncak klasemen,” lirih Quartararo.
Empat besar klasemen sementara hanya selisih 15 angka. Tak pelak perebutan gelar juara dunia semakin ketat di empat ronde tersisa. Siapa jagoanmu? •
Ronde terakhir World Superbike ( WSBK) di Estoril, Portugal (17-18/10) menjadi tempat Jonathan Rea mengunci gelar juara dunia.
Pembalap Kawasaki Racing Team itu meraih enam gelar juara dunia secara beruntun. Dalam sejarah balap dunia, Rea layak disandangkan dengan para legenda balap di berbagai ajang yang sudah meraih enam gelar juara dunia.
Seperti Valentino Rossi & Marc Marquez di Motogp, Lewis Hamilton & Michael Schumacher di F1, serta Sebastian Loeb & Sebastian Ogier dari WRC. Rea juga pemilik gelar juara dunia terbanyak dalam sejarah WSBK.
Dalam kategori road race, pembalap asal Inggris itu bersanding dengan legenda GP500 asal Italia, Giacomo
Agostini yang sama-sama meraih enam gelar juara dunia beruntun. Bahkan Rossi dan Marquez pun tidak bisa meraih prestasi tersebut.
“Setiap tahun selalu ada kesulitan baru yang kami dapatkan untuk mengunci gelar juara dunia. Tahun ini jumlah seri lebih sedikit dan persaingan lebih menantang. Balapan jauh lebih sulit karena pandemi, tapi saya berhasil masuk ke enam gelar juara dunia,” ujar Rea.
EMOSIONAL
Meski mengunci gelar, Rea tidak puas dengan pencapaian di Estoril karena ia sama sekali tidak berhasil meraih podium. Bahkan ia gagal mencapai target 100 kemenangan di WSBK usai berbagai kesialan yang menimpanya.
Ketidakberuntungan Rea itu jadi angin segar bagi Ducati dalam klasemen pabrikan. Hal ini membuka harapan Ducati untuk juara dunia sebagai konstruktor, namun di akhir balapan kedua, Ducati hanya selisih satu angka dari Kawasaki yang kembali amankan gelar pabrikan.
Duo Aruba.it Racing-ducati, Chaz Davies dan Scott Redding mengakhiri musim dengan dua podium tertinggi pada balapan kedua. Tambahan 45 point ini ternyata masih belum cukup mengurangi defisit kekurangan Ducati di klasemen pabrikan.
Namun kemenangan Davies ini menjadi penutup dan perpisahan
yang baik baginya di
Ducati. Tahun depan ia digantikan Michael Ruben Rinaldi (GO Eleven Ducati) yang akan tandem dengan Redding di tim utama musim depan. Davies juga belum tahu akan berkiprah di tim dan kompetisi masa di musim 2021.
“Kemenangan yang emosional
15 karena saya berpisah dengan tim yang hebat di balapan terakhir tahun ini.
Tujuh tahun yang
sangat baik dalam hidupku bersama orang-orang hebat, sekarang saya akan menjalani petualangan baru dalam karier balap saya,” tutur Davies.
Selain Davies, Yamaha juga meraih hasil yang emisionil usai tiga penunggang Yamaha YZF-R1 menguasai tiga besar saat Superpole Race. Mereka adalah duo PATA Yamaha WSBK, Toprak Razgatlioglu dan Michael van der Mark juga Garret Gerloff
(GRT Yamaha). Ini pertama kali dan satu-satunya Yamaha mendominasi tiga podium di musim ini. •