ORIGAMI ON WHEELS
SETAHUN DIKERJAKAN SELAMA
Motor custom garapan rumah modifikasi Papnmam Modified ini, cukup mencuri perhatian dalam gelaran Kustomfest 2020 di Jogja National Museum akhir Desember lalu. Hadir dengan desain minimalis dalam balutan konsep futuristis, membuat museum bagai rumah yang nyaman bagi motor custom tersebut.
Menurut Hendra Cahyono, builder Papnmam Modified, konsep awal motor ini adalah Café Racer. Namun, seiring berjalannya waktu desainnya berubah. Hendra banyak memberi masukan soal desain, dan disambut oleh Noval Rustapa, sang pemilik motor, dengan tangan terbuka.
“Konsep awalnya Café Racer seperti pada umumnya, terus sambil jalan ada perubahan. Jadinya futuristik,” ujar Hendra saat dihubungi lewat telepon.
Proses pengerjaan berawal sekitar akhir tahun 2019 silam. Saat itu Hendra memulai hanya dengan sebongkah mesin V-twin dengan konfigurasi longitudinal dari Honda GL400. Konfigurasinya mirip Moto Guzzi.
Yang menarik, awalnya Noval yang berasal dari kota Solo, Jawa Tengah ini ingin membangun Honda CB400 di Papnmam. Namun, berubah pikiran setelah mendapat satu unit mesin GL400.
FYI, Honda GL400 merupakan varian 400 cc dari Honda GL500 Silver Wing, motor turing yang menggunakan basis mesin dari Honda CX500. Honda CX series sendiri merupakan motor yang tergolong inovatif dengan teknologi yang tidak umum dan jarang digunakan pada masanya.
Selain mengadopsi mesin V-twin longitudinal, juga sudah dilengkapi pendingin cairan, electric starter, shaft drive, pelek modular dan dua karburator tipe CV yang diseting untuk mengurangi emisi.
Sebagai pemangku mesin, Hendra membuatkan frame terlebih dahulu. Sasis dibuat dengan teknik origami. Bukan origami secara harafiah seperti melipat kertas, tetapi merangkai bagian sasis yang terbuat dari pelat besi satu-persatu.
Sebelumnya Hendra membuat mal dari material karton yellow board dengan skala 1:1. Menurutnya dengan metode seperti ini, nantinya pengaplikasian ke sasis real akan lebih mudah. Tinggal memindahkan motif karton ke pelat besi dan merangkai besi menjadi satu sasis utuh.
Metode yang sama digunakan untuk membuat bodi motor. Namun, untuk bodi Hendra menggunakan lembar aluminium sebagai material utama. Mulai dari sepatbor, tangki sampai cover radiator. Bentuk rangka yang tipis dan berongga di tengah membuat kesan dinamis dan bagai karya seni. Diikuti dengan buritan yang seolah terlihat hanya sebagai lembaran tipis
ebagai finishing Hendra tidak memberi kelir pada bodi motor. Hanya dilabur dengan clear coat. Seolah memperlihatkan guratanguratan logam dengan bangga pada bodinya.
Selain bodi, kaki-kaki juga tak kalah nyentrik. GL400 yang dibekali penggerak gardan sebagai
standar rupanya menyimpan kesulitan tersendiri. Jarak antara pemegang mesin dan arm harus presisi. Hendra mengcustom ulang swing arm bawaan motor.
“Kalau terlalu panjang atau pendek tidak bisa maksimal terpasang,” ujar pria ramah ini.
Kesulitan kedua dalam membuat tromol belakang, karena bawaan motor pakai ban dengan ukuran maksimal 120. Sedangkan di motor custom ini pakai ukuran 160, sehingga tidak mungkin geser gardan. Solusinya Hendra menggeser mesin 1 cm ke kanan.
Tromol depan dan belakang dibuat.dengan material aluminium durals T6. Dipadukan dengan pelek jari-jari aftermarket dan dibalut ban slick dari Dunlop.
Mesin dibiarkan relatif standar, karena menurut Hendra saat diterima sudah dalam kondisi fully rebuilt. Ia hanya membuatkan knalpot baru dari pipa besi yang dikrom. Di dalam knalpot, Hendra menambahkan katup elektronik atau yang beken dengan sebutan valvetronic.
Tujuannya untuk meredam suara knalpot, seperti ketika melewati pemukiman padat. Sistem ini dibuat sendiri oleh Hendra. Sebagai servo ia menggunakan dinamo power window dari mobil build up.
“Kalau mobil lokal bahan covernya dari plastik, kalau CBU full metal. Jadi tidak beresiko kena panas,” jelasnya.
Mengenai proses custom yang memakan waktu cukup lama, Hendra beralasan karena mengejar detail. Jadi tidak bisa diburu-buru. Saat motor sudah berdiri dan mesin terpasang, ia juga melakukan test ride dengan durasi 3 minggu sampai 1 bulan. Tujuannya memastikan semua komponen aman dan bekerja sempurna.
“Baru lanjut finishing dan lanjut test ride lagi sebelum dikasih ke owner,” tutupnya.
Well, effort besar tersebut sama sekali tidak sia-sia dengan hasil akhir bak karya seni yang cocok untuk dipajang di Petersen Automotive Museum.
Desain dan konsep matang dieksekusi secara perfeksionis. •
Hasrat modifikasi Andri Ariyanto selalu menggebu-gebu, terutama buat mobil maupun motor baru. Gak heran setelah menebus All New Yamaha Aerox 155 Connected, unitnya langsung mendarat di Fat Motorsport.
“Konsepnya buat daily, biar tampilannya lebih proper, upgrade sedikit aja. Jadi Aerox 155 daily proper matic, hahaa…” sebutnya saat ditemui OTOMOTIF.
Untuk membuat tampilannya lebih proper, pertama yang diubah suspensi depan, jadi upside down (USD) menggunakan produk KTC Kytaco berkelir emas. “Pemasangan dan barangnya gak ada beda sama Aerox 155 lama, segitiga bisa langsung kepasang di komstir. Tabung USD juga kayak biasa dibubut 2 cm, biar lebih merunduk, gak dangak depannya,” tunjuk Wiryawan owner Fat Motorsport.
Menemani USD, ada cakram semi-floating dari AMS berukuran 260 mm dijepit kaliper Brembo 4 piston, yang menempel pada braket aluminium buatan Fat Motorsport. Kalipernya dipompa master rem Brembo RCS15 Corsa Corta lewat selang rem Hel.
Untuk itu, batok depan rela dibobok agar master rem radial ini bisa terpasang, bolong! Hiasan lain di area setang ada hand grip Domino, quick throttle atau gas spontan Domino, dan spion bar end MHR.
Pelek juga diganti, menggunakan RCB yang punya palang 6 model lurus, yang memberikan kesan lebih sporty pada Aerox 155 Connected berkelir Prestige Silver ini. Apalagi setelah pasang swing arm berbahan aluminium buatan Fat Motorsport.
“Swing arm ini dibuat manual dengan tebal 2 cm, kalau lagi sepi sih proses pengerjaannya bisa seharian. Kalau kerjaan lagi ramai bisa 2 sampai 3 hari,” rinci pria yang bengkelnya ada di Jl. Arjuna III, Matraman, Jaktim ini.
Terakhir yang tidak kalah kece adalah penggunaan suspensi Ohlins versi tinggi. “Selain setelan preload dan rebound, ada juga setelan compression. Terus dapet 2 per, ada yang keras dan empuk,” tutup Wiryawan yang berbisik kalau modifikasi ini sudah menelan biaya Rp 29 juta.
Simpel sih, tapi biayanya setara dengan 1 unit All New Aerox 155 Connected baru! •
FAT MOTORSPORT: 0812-9104-9561