WALAU DI DEPAN TAPI KETAKUTAN
Yamaha memang diprediksi akan tampil dominan pada Motogp Belanda yang digelar di sirkuit Assen (27/6). Kedua pembalap tim pabrikan Monster Energy Yamaha Motogp, Fabio Quartararo dan Maverick Vinales benarbenar tidak terkalahkan dari dua peringkat teratas mulai sesi latihan sampai balapan (25-26/6).
Hal tersebut pun ditunjukkan pada hasil lomba kala Quartararo dan Vinales lagi-lagi meraih dua podium tertinggi. Namun bukan balapan yang mudah bagi kedua pembalap tim berlogo garpu tala tersebut karena keduanya diselimuti rasa ketakutan.
ARM PUMP
Pertama Quartararo yang cukup takut arm pump di tangan kanannya kambuh saat balapan di Assen. Apalagi sirkuit berjuluk ‘Cathedral of Speed’ itu banyak tikungan ke kanan dan chicane yang cukup banyak. Karakter ini yang membebani tangan kanan ‘El Diablo’, panggilannya
“Ketakutan arm pump itu cukup menghantui sepanjang balapan di Assen. Tangan keram di beberapa lap terakhir, beruntung saya bisa menjaga ritme untuk tetap di depan dan selisih di pembalap belakang cukup jauh,” urai Quartararo.
Pembalap 22 tahun itu memang agak melambat di tiga lap terakhir, sehingga gap dengan rombongan pembalap di belakangnya kian terpangkas. Namun strategi Quartararo cukup baik, termasuk kombinasi ban medium-hard pilihannya. Pasalnya butuh pengereman yang cukup baik, serta membuat ban depan bekerja lebih keras.
Sedangkan rekan setimnya, Vinales menggunakan kombinasi soft-hard. Ini membuat Yamaha YZR-M1 yang dibesut Vinales agak kesulitan mendapatkan grip yang tepat. Padahal pembalap Spanyol itu mendominasi peringkat pertama sejak latihan sampai mendapatkan pole position.
Juga ada rasa takut yang menyelimuti benak Vinales, terlebih usai finish di posisi paling belakang saat Motogp Jerman di Sachsenring pekan lalu (20/6). “Masalah ban belakang selalu jadi momok masalah saya dalam beberapa seri terakhir, juga saat balapan di Belanda,” tuturnya.
“Start saya sangat aneh, jadi saya menyia-nyiakan pole position dan harus berjibaku di belakang. Quartararo sudah ‘kabur’ terlalu jauh, saat ban sudah dapat grip yang bagus, saya harus fokus untuk di posisi kedua,” sambung ‘ Top Gun Maverick’ julukannya.
PENANTIAN
Terakhir kali Vinales naik podium jadi pemenang Motogp Qatar sebagai pembuka. Setelah itu ia kesulitan dan tidak pernah menggasak podium. Sampai di Motogp Belanda yang notabene penutup paruh musim pertama ia kembali meraih podium.
Demikian juga dengan Joan Mir yang kembali ke podium. Meskipun hingga sembilan ronde berlalu, pembalap Team Suzuki klasemen Pembalap klasemen Pabrikan
Ecstar itu tidak pernah lebih dari podium tiga. Banyak yang mengkritisi pencapaian Mir ini.
Sebagai juara dunia Motogp 2020, bukan performa yang apik karena ia tidak bersaing di barisan depan. Banyak juga yang menilai kalau Mir hanya bisa podium jika para pembalap Ducati bermasalah.
“Para pembalap Ducati selalu menakutkan kalau saya sudah masuk tiga besar. Kecepatan mereka bisa meninggalkan saya dengan jarak yang cukup jauh. Untuk di Assen ini, saya cukup senang bisa amankan podium ketiga, tetapi harus menunggu lap-lap terakhir, sampai saya cukup nyaman untuk bisa menahan Johann Zarco (Pramac Racing),” papar Mir.
Pemilik nomor 36 itu pun membuat warna biru mendominasi podium, serta ketiganya adalah motor dengan empat silinder segaris. Zarco yang kecolongan dari Mir kini harus meratapi nasib akan fakta ia makin jauh tertinggal dari Quartararo di klasemen sementara.
Selisih 34 angka jelas bukan sesuatu yang mudah. Quartararo sudah menjadi juara paruh musim Motogp 2021. Itu yang membuatnya berselebrasi main golf yang tujuannya adalah melambungkan bola. Karena dalam golf, jika bisa melambungkan bola, maka akan semakin dekat dengan kemenangan.
Kocaknya, tiga pukulan yang hendak dilakukan Quartararo semuanya gagal, padahal ia cukup andal bermain golf. Mungkin karena arm pump yang kambuh, memakai racing suit, ditambah visor helm gelap membuatnya tidak bisa membidik secara tepat. Ada-ada saja. •