Otomotif

LEBIH ENCER VS KENTAL?

-

Hingga saat ini masih ada saja anggapan bila mau ganti oli, sebaiknya jangan pilih yang encer. Misalnya yang tadinya pakai SAE 10W-30, terus diganti jadi SAE 5W-30 atau 0W-30. Hal tersebut dengan alasan dapat menyebabka­n suara mesin jadi lebih berisik, betulkah?

“Salah kalau beranggapa­n seperti itu, justru sangat boleh pakai yang kekentalan­nya lebih kecil. Karena saat mesin pertama kali start, oli jadi makin cepat tersirkula­si,” jelas Arief Hidayat, CEO PT Welty Indah Perkasa selaku pemegang brand otomotif merek Wealthy, termasuk oli.

Yang penting untuk kekentalan oli atau SAE paling atas, saran Arief jangan diubah, karena untuk mengakomod­ir suhu tinggi. Contohnya seperti di tadi, dari SAE 10W-30 bila ingin pakai yang lebih encer, gunakan yang SAE 5W-30 atau 0W-30. Kekekental­an atasnya, yakni 30, tetap sama.

“Sebab perubahan keketalan pada pada oli tersebut tergantung suhu mesin yang diterima oli saat itu. Jadi, enggak masalah pakai SAE bawah yang lebih encer,” terang pria yang pada awal Oktober 2021 kemarin perkenalka­n 13 oli terbaru Wealthy dengan standar mutu paling anyar, yakni API Service SP & ILSAC GF-6A untuk mesin bensin dan CK-4 untuk mesin diesel.

Sebaliknya jika tadinya pakai oli SAE 0W-30, lanjutnya, jangan diganti pakai yang 5W-30 atau 10W30. “Kalau SAE awalnya lebih kental, saat mesin pertama start oli akan lebih lambat naiknya,” tukasnyaa.

Lantas bagaimana dengan mobil yang sudah berumur, misal sudah lebih dari 8 tahun atau 10 tahun pakai, apakah lebih bagus pakai oli dengan SAE lebih kental?

Contohnya yang awalnya SAE 5W-30, diganti 10W-40.

“Ini sih mindset- nya agak keliru ya. Kalau pabrikan sudah merancang pakai oli yang encer, berarti teknologi mesinnya sudah ada di situ. Terus pakai oli yang agak kental, mesin agak dibuat kerja keras juga,” bilang Rifat Sungkar saat webinar bersama Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) tentang perawatan mobil.

Ungkapan senada juga dilontarka­n Arief, “Pabrikan pasti sudah merancang dan menghitung saat memutuskan penggunaan oli. Kalau mesin sudah mulai berumur, bukan berarti boleh ganti SAE. Sebisa mungkin tetap pakai SAE sesuai ketentuan,” sebutnya dalam acara kick off ceremony kolaborasi Wealthy dengan OTOMOTIF (2/10) di kawasan PIK, Jakarta.

Oiya, yang perlu diperhatik­an juga adalah bagian di mesin yang dilumasi oli bukan hanya kruk as, tapi juga piston dan dinding silinder. Oli untuk bisa sampai naik ke piston dan melumasi liner silinder, akan melewati oil jet. Nah, lubang pada oil jet untuk menyemprot­kan oli ini kan tidak mengalami keausan lantaran bukan komponen yang bergesekan.

“Bila pakai oli yang lebih kental dari anjuran pabrik, pergerakka­n oli bakal makin lambat naik ke bagian tersebut. Sehingga membuat piston, top ring dan liner- nya jadi cepat aus,” jelas Arief lagi.

Namun demikian, biasanya pabrikan tidak mematok hanya satu macam SAE saja untuk pelumas mesin yang terpasang. Biasanya dikasih 3 pilihan SAE yang bisa digunakan, untuk keleluasaa­n konsumen memilih oli. Yang penting jangan keluar dari SAE yang ditetapkan oleh pabrikan. •

 ?? FOTO: DOK. OTOMOTIF ??
FOTO: DOK. OTOMOTIF
 ?? ?? Kini mulai banyak pilihan oli dengan SAE encer
Kini mulai banyak pilihan oli dengan SAE encer
 ?? ??
 ?? ?? Oli harus cepat naik ke kepala silinder hingga ke piston, untuk mencegah keuasan dini
Oli harus cepat naik ke kepala silinder hingga ke piston, untuk mencegah keuasan dini
 ?? ?? Di kruk as dan stang piston biasanya terdapat oil jet untuk menyeburka­n oli mesin ke arah piston dan liner
Di kruk as dan stang piston biasanya terdapat oil jet untuk menyeburka­n oli mesin ke arah piston dan liner
 ?? ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia