Otomotif

BARU & BERDEBU

-

Ada visual yang membuat para penonton bertanya-tanya kala start Formula E Jakarta dilakukan. Sirkuitnya kotor? Kok berdebut banget? Memang sangat terlihat berdebu begitu 22 mobil listrik ini saling berpacu menunju tikungan pertama.

Apa yang membuat sirikuit terlihat berdebu? “Pasti masih akan agak berdebu karena aspalnya kan belum pernah dipakai, jadi masih sedikit berpasir. Makanya kami harap tidak ada hujan,” tutur Irawan Sucahyono, desainer sirkuit Formula E Jakarta.

“Kalau hujan gerimis, masih aman untuk balapan. Kalau hujan deras, delaynya akan lama dan takutnya ditunda karena masih agak berdebu dan minyak- minyak dari aspal itu kan masih keluar,” imbuhnya.

Beruntung hujan yang ditakutkan tak turun. Padahal beberapa jam sebelum lomba, awan hitam sangat terlihat meski tidak di daerah Ancol, namun tetap membuat kawasan sirkuit menjadi teduh.

Walaupun tak hujan, tapi gerimis ringan saat kualifikas­i berjalan. Debu-debu sirkuit pun ternyata tidak dirasakan dampaknya pada semua pembalap. Posisi start mereka berpengaru­h.

Misalnya Edoardo Mortara (ROKIT Venturi Racing) yang start dari urutan empat langsung menusuk ke posisi tiga selepas lampu dipadamkan. Ia tidak merasakan adanya debu yang mengganggu visibilita­s dan juga kinerja ban.

“Saya merasakan adanya debu dari sudut pandang, tetapi tidak terlalu (bagi) ban. Semuanya terasa normal dan baik. Sirkuit ini sangat bagus, sehingga saya rasa hanya masalah suhu lintasan yang membuat kami cemas akan ban,” papar Mortara.

Berbeda dengan pendapat yang dicetuskan juara dunia Formula E 2021, Nyck De Vries. Pembalap Mercedes EQ FE Team itu tidak begitu beruntung selama tiba di Jakarta dan ia mengaku cukup banyak kesialan yang menimpanya.

Salah satunya debu yang sangat terasa di barisan belakang, kala De Vries harus memulai lomba dari starting grid sembilan. “Ya di bagian belakang terasa debu dari pembalap-pembalap di depan, sehingga agak sulit saat kami hendak masuk tikungan pertama,” kata De Vries.

“Harus cukup pintar dalam mencari celah dan mengatur kondisi ban. Begitu posisi pembalap sudah tidak terlalu rapat, saya bisa lebih leluasa dalam mengatur ritme. Namun sialnya saya tidak bisa melanjutka­n balap. Ada kalanya beruntung ada kalanya sial. Tahun depan di Jakarta saya harus lebih baik,” tutup pembalap asal Belanda itu.

Tahun depan, sirkuit yang sudah ada seharusnya bisa terus digunakan dengan berbagai kompetisi balap lokal. Dengan spesifikas­i FIA Grade 3E, seharusnya sirkuit ini bisa digunakan untuk kompetisi balap turing dan gokart.

Agar sirkuit bisa terus lestari dan tahun depan Formula E Jakarta bisa digelar dengan lebih optimal. •

 ?? ?? FOTO:F.YOSI
FOTO:F.YOSI

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia