DUNIA BAK SANDAL
Manusia leka dibuai kemewahan hingga lupa akhirat
Ramai orang mempunyai impian. Mereka mengimpikan banyak perkara. Sebagai contoh, mereka ingin mempunyai kereta mewah, harta banyak, suami kacak lagi kaya, isteri cantik, keluarga bahagia dan rumah besar yang terhias dengan perabot mahal.
Mungkin ada juga mengimpikan empayar perniagaan yang sangat maju, paling terkenal di Malaysia, bahkan di seluruh dunia.
Bermacam-macam yang diidamkan. Namun, belum pun dapat yang diidamkan, mereka sudah lupa.
Mereka lupa kepada Tuhan. Padahal Dialah Yang Maha Pemurah dan Maha Kaya yang mengurniakan segala nikmat dan kesenangan.
Mereka meletakkan dunia di dalam hati sepenuhnya.
Kita bagaimana?
Tidakkah kita risau kalau sesuatu yang kita harapkan itu menjadi nyata dan ia menyebabkan hati kita makin jauh dengan Allah?
Justeru, kembalilah bertanya pada diri untuk apa sebenarnya kita diciptakan?
Firman-Nya dalam surah azd-Dzariyat, ayat 56
bermaksud: “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka beribadat kepada-Ku.”
Cepat sungguh kita lupa. Sebenarnya dunia ini adalah tempat persinggahan buat kita. Maknanya, dunia ini bukanlah tempat yang kekal.
Kita tidak hidup di dunia ini untuk selama-lamanya. Tiba waktu ditetapkan, kita akan pergi meninggalkan dunia ini.
Namun, sering saja kita lupa tugas utama kita sehingga kita memikirkan, mengejar dan mengutamakan kehendak dunia sematamata.
Kita melupakan akhirat. Kita meremehkan tuntutannya. Kita tidak ada kecenderungan ataupun kesungguhan terhadapnya.
Dunia sepatutnya cuma di tangan kita, bukan di hati. Kuasailah dunia sekalipun dengan 1,001 pencapaian, namun yang tetap menjadi keutamaan di hati adalah akhirat.
Nabi SAW bersabda mafhumnya: “Sesungguhnya perumpamaan dunia dan diriku adalah seperti seseorang yang beristirahat sejenak di bawah sebatang pohon pada siang yang amat panas, kemudian dia pergi dan meninggalkannya.” (Riwayat Ahmad, dinilai sahih di sisi al-Albani)
Baginda SAW juga bersabda mafhumnya: “Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula segala yang ada di dalamnya melainkan zikrullah (menyebut dan mengingati Allah) serta perkara yang mendukungnya, seorang yang alim (tahu dan berilmu) atau seorang yang belajar (menuntut ilmu).” (Riwayat Ibnu Majah)
Sabda Baginda SAW juga, mafhumnya: “Kalaulah dunia di sisi Allah senilai dengan sayap nyamuk, pastilah Dia tidak pernah memberi minum seorang kafir walaupun setitis.” (Riwayat at-Tirmidzi)
Kata seorang alim: “Dunia itu ibarat sandal.”
Orang ramai pun kehairanan. Namun, si alim ini tetap berkeras dan mengatakan: “Ya, dunia seperti sandal.”
Meskipun kita tidak begitu memerlukan sandal, kita tentu tidak boleh berjalan tanpa alas kaki.
“Begitu juga dunia, kita tidak begitu memerlukannya tapi kita harus memanfaatkannya. Namun, pernahkah kita mendengar rasa cinta yang terjalin antara seseorang dengan sandalnya?”
Beginikah hakikat dunia yang ada di dalam hati kita?
Kita perlu selalu ingat, hadirnya kita di dunia ini semata-mata untuk beribadat kepada Tuhan kita.
Berusahalah untuk mengenal Dia dan menjadi hamba yang sentiasa mengingati-Nya.
Penulis ialah penulis buku dan pendakwah