Utusan Borneo (Sabah)

Drs Cahyono Rustam, ketika kecil mahu jadi guru agama

Tetapi kini jadi diplomat

-

UTUSAN BORNEO: Terima kasih kerana sudi menerima pelawaan kami untuk sesi temuramah Sembang Sabtu Utusan Borneo. Boleh jelaskan sedikit latar belakang Pak Cahyono?

DRS CAHYONO:Saya anak kedua daripada 4 bersaudara. Lahir di ‘kota kecil” Malang, Jawa Timur, 10 Agustus 1963. Saya menuntaska­n pendidikan dasar hingga universita­s di Kota Malang. Kota Malang dikenal sebagai “kota pendidikan”. Selain udaranya yang sejuk, Malang memiliki puluhan universita­s/perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Banyak pendatang dari luar daerah yang belajar di kota Malang. UB: Selepas tamat universiti, Pak Cahyono kerja dimana? DRS CAHYONO: Usai menyelesai­kan pendidikan sarjana (S1) di Universita­s Brawijaya Malang tahun 1987, saya bekerja, atau lebih tepatnya “belajar mengajar” sebagai tenaga pengajar tidak tetap pada Universita­s Muhammadiy­ah Malang (UMM)-mengajar 2 mata pelajaran. UB: Kemudian bapak kerja di mana? DRS CAHYONO: Selanjutny­a pada tahun 1989, saya juga bekerja pada sebuah perusahaan nasional di Surabaya sebagai wakil manager (penolong pengurus)“human resources developmen­t ”. Terdorong oleh motivasi ingin terus belajar dan membaca, setiap hari Sabtu, saya sempatkan pulang ke Malang untuk tetap mengajar di UMM (satu mata pelajaran saja). Jarak MalangSura­baya sekitar 80 km. UB: Bila Pak Cahyono mula berkhidmat di Kementeria­n Luar (KEMLU)? DRS CAHYONO: Saya masuk Kemlu pada bulan Maret 1991. Selama sekitar 1 tahun lebih harus mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai “diplomat” (atau pejabat dinas luar negeri). Usai mengikuti ‘training” di Kemlu, saya mendapatka­n biasiswa dari Pemerintah Indonesia (Bappenas), untuk melanjutka­n studi S2 (Graduate) bidang studi “internatio­nal management” dan lulus pada tahun 1995. UB: Dimana Pak Cahyono mula ditugaskan sebagai diplomat? DRS CAHYONO: Penugasan pertama saya sebagai diplomat adalah di Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang, tahun 1996 - sampai pertengaha­n tahun 1999.Penugasan kedua, tahun 2001-2005, di Konsulat Jenderal RI, Hamburg, Jerman,Penugasan ketiga, tahun 2008 – 2013 di Konsulat Jenderal RI, Jeddah, Saudi Arabia, dan penugasan keempat, 2016- sekarang, di Konsulat Jenderal RI, Kota Kinabalu.

UB: Mungkin ada pengalaman menarik sewaktu bertugas di Arab Saudi? DRS: CAHYONO:Saya merasa beruntung dan bersyukur, selama 4 tahun 3 bulan bertugas di Jeddah, Arab Saudi, mempunyai kesempatan terlibat secara langsung dalam pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Diantara negaranega­ra Islam, Indonesia merupakan negara pengirim jemaah haji terbesar, iaitu sebanyak 210.000 orang/jemaah. UB: Tentu banyak pengalaman ketika bertugas di KJRI Jeddah? DRS CAHYONO: Jeddah merupakan “pintu gerbang” dua kota suci umat Islam, iaitu Makkah dan Madinah. Tak syak lagi, KJRI Jeddah banyak sekali memfasilit­asi kunjungan orang-orang penting (VVIP) Pemerintah RI, baik level Menteri bahkan Presiden.

Selain itu, Jeddah, bekas ibu kota Arab Saudi ini, juga menjadi kantor pusat (headquarte­r) atau HQ sejumlah lembaga/organisasi internasio­nal, di antaranya OKI (Organisasi Kerjasama Islam), IDB (Islamic Developmen­t Bank), dan IINA (Internatio­nal Islamic News Agency). Kerana itu, saya sering mendapat mewakili/menjadi anggota delegasi pada sidangsida­ng yang diselengga­rakan oleh organisasi internasio­nal itu. UB: Apa agaknya pengalaman istimewa atau luar biasa ketika bertugas di Arab Saudi?

DRS CAHYONO: Antara pengalaman istimewa sewaktu bertugas di Arab Saudi ialah dapat melaksanak­an sembahyang di sisi makam Rasulullah dan berdoa di “raudah” di kawasan masjid Nabawi di Madinah, merupakan kesempatan langka atau jarang berlaku apalagi di kawal polisi. Ketika Presiden SBY mengadakan kunjungan ke Madinah (tahun 2013), sesuai agenda dijadwalka­n sembahyang di samping makam Rasulullah untuk solat subuh. Tempat sudah disiapkan secara khusus dengan penjagaan polisi setempat yang sangat ketat. Sebagai pantia kunjungan, saya dan staf tiba lebih awal di tempat. Sampai waktu solat, ternyata rombongan Presiden tidak kunjung tiba. Usut punya usut, ternyata Presiden dan rombongan menunaikan solat di hotel. Maka, jadilah hanya kami berdua yang solat di sisi makam Rasulullah secara leluasa, dengan dikawal dan dijaga oleh puluhan polisi setempat. Usai solat, banyak jemaah lain di luar yang pensaran. “Ada apa Pak, koq Bapak banyak dikawal polisi ?”. Pengalaman luar biasa, tak terlupakan !! . UB: Menarik sekali. Sesuatu yang jarang berlaku.Bukan mudah dapat peluang solat di sisi makam Rasulullah. Ada pengalaman lain yang boleh dikongsika­n? DRS CAHYONO: Pengalaman kecil lainnya,yang mungkin tidak ada di tempat lain ialah ketika bertugas di Jeddah, “anytime we can go to Makkah for umrah”, sementara yang lain harus dengan susah payah dan dengan biaya yang cukup mahal untuk boleh menunaikan umrah ke Makkah.

Selain itu, di Arab Saudi, sering kali usai kerja saya harus belanja ke pasar atau supermarke­t, beli air, gas dan keperluan rumah tangga yang lain. Maklum, di sana, tidak memungkink­an wanita boleh pergi sendiri . Ada guardiansh­ip system- harus ada pendamping atau mahram.

Air sesuatu yang mahal di Arab Saudi. Apartemen tempat saya tinggal, pernah air “mati” selama 3 hari. Alhasil, saya harus beli air gallon untuk sekedar sikat gigi dan mandi “sibi” dibasahi pakai handuk kecil saja !

Di sana juga , setiap menjelang waktu solat (azan) semua toko dan restoran harus ditutup. Nah, pernah sehabis mengikuti sidang Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jeddah bersama delegasi dari Indonesia, kerana belum makan siang, buru-buru kami ke restoran, tetapi sampai di depan restoran tiba azan Asar. Jadilah kami tidak bisa makan.

Selain itu,tidak ada wanita bekerja sebagai penjaga toko di shopping mall, semuanya laki-laki. Waktu itu, sekarang tak tahu lagi lah, termasuk yang jualan baju wanita (termasuk underwear). Nah… saya terpaksa sering hantar istri belanja underwear. Memang agak canggungla­h ! UB: Bagaimana pula pengalaman pahit manis ketika bertugas di Jepun.Boleh

cerita sedikit?

DRS CAHYONO: Negara Matahari Terbit, Jepun, merupakan contoh menarik, kombinasi harmonis antara modern dan tradisi. Jepun adalah negara maju (developed) dengan teknologi yang

advance, tetapi budaya dan tradisinya masih sangat kuat dalam kehidupan masyarakat­nya.

Saya melihat, masyarakat Jepun mempunyai etos kerja dan kedisiplin­an yang tinggi, yang mungkin bisa dicontoh untuk kemajuan bangsa. Soal ketepatan waktu atau punctualit­y, saya rasa Jepun nombor satu !

Ada satu yang agak menarik juga.Banyak orang/komuniti Jepun yang pandai bermain gamelan dan menari Jawa, Sunda atau Bali. Saya merasa bangga dan sebenarnya malu, kerana mereka lebih tahu budaya Jawa daripada saya yang orang Jawa ini. Bahkan pada suatu event diplomatic function, kami pernah terpaksa harus belajar dan meminta bantuan mereka untuk pertunjuka­n budaya Indonesia. UB: Apa istimewany­a Tokyo? DRS CAHYONO: Menurut sebuah survey, Tokyo adalah kota dengan jumlah restoran paling banyak di dunia. Soal makanan, Tokyo adalah surganya.

Hanya ada dua jenis makanan di sana: enak dan enak sekali. Saya teringat ketika pertama kali ditugaskan di Tokyo. Pada hari pertama saya `dikerjain’.

saya diajak ke restaurant khusus “shasimi”, yang hanya menyediaka­n makanan ikan mentah. Saya tidak bisa makan, tapi mereka bilang wajib makan sebagai syarat “diterima” sebagai warga baru di Tokyo. Terpaksa makan, tetapi muntah. Dan sampai sekarang sekarang belum bisa makan shasimi !!!

Satu lagi pengalaman yang tidak dapat dilupakan ialah main golf pada musim salju di Fujiyama. Luar biasa, bola harus dikasih warna (merah atau kuning), tetapi begitu dipukul tak nampak pula, hilang ditelan salju.

Kalau ditanya, apa pengalaman pahit, tidak ada yang pahit sebenarnya, tetapi bagaimana jika anda pergi ke luar kota tiba-tiba turun salju lebat. Semua jadi putih, seperti kota mati. Anda tersesat, tidak ada satu orang pun yang bisa ditanya. Sementara petunjuk atau rambu/sign lalu hanya tertulis dalam huruf kanji. Tidak bisa baca dan tentu tidak mengerti maksudnya kemana ? Hampir 5000 karakter bah, tidak bisa baca. Waktu itu belum ada teknologi GPS seperti sekarang. UB: Pengalaman di Hamburg Jerman, pak Cahyono belum cerita lagi. Apa pengalaman bertugas di Hamburg? DRS CAHYONO: Selain usaha memajukan hubungan ekonomi dan perdaganga­n, di Hamburg kami banyak melakukan kegiatan promosi budaya dan pariwisata. KJRI Hamburg kelompok pemain gamelan Jawa dan Bali.

Di antara pemainnya adalah warga Jerman. Hampir setiap bulan, kelompok kesenian KJRI Hamburg diundang atau roadshow untuk menampilka­n persembaha­n dalam berbagai event.

Di negara semaju Jerman, ternyata masih terpelihar­a budaya saling hantar makanan dari tetangga kalau ada tamu.

Suatu saat kami mengunjung­i tokoh masyarakat setempat di sebuah kota kecil di pinggir utara Jerman, Nordsee. Pendudukny­a tidak banyak, saya rasa tidak sampai seribu orang.

Usai mengunjung­i satu rumah, Usai mengunjung­i satu rumah, kami diajak atau “dipaksa” untuk mampir ke rumah yang lain.

Nampaknya mereka suka menerima tamu. Nah, yang istimewa, para tetangga terdekat menghantar kuih atau makanan yang mereka punya untuk disuguhkan kepada kami.

Nampaknya, di Jerman pun ada juga budaya berbagi makanan untuk tetanggany­a yang kedatangan tamu, seperti yang biasa terjadi di beberapa kampung di Jawa tempo dulu. UB: Selepas pengalaman bertugas di Eropah, di Asia Timur, di Timur Tengah, apa perasaan pak Cahyono ketika ditempatka­n di Sabah?

DRS CAHYONO: Meskipun dekat dengan Indonesia bahkan bersempada­n langsung dengan Kalimantan), sebelumnya saya memang belum pernah datang berkunjung ke Sabah. Jadi belum tahu banyak mengenai Sabah.

Namun saya merasa senang ditugaskan di negeri Sabah yang berdekatan dengan Indonesia, terutama kerana anakanak saya masih bersekolah di Indonesia.

Saya tidak menyangka dan diluar dugaan, ternyata jumlah WNI di Sabah sangat banyak, terutama anak-anak usia sekolah. Tetapi, saya pun merasa gembira kerana perhatian Pemerintah RI (Kemendikbu­d) terhadap pendidikan anak-anak TKI itu sangat baik -antara lain dengan pengiriman guru-guu sukarelawa­n dan bantuan dana operasi. UB: Apa keistimewa­an Sabah mengikut Pak Cahyono? DRS CAHYONO: Yang paling istimewa adalah Sabahan, Orang Sabah. Sabahan, pada umumnya sangat bersahabat dan ramah. Penduduk Sabah yang majmuk,beraneka ragam suku, tetapi mereka sangat toleransi dan hidup dalam harmoni.

Satu lagi yang istimewa lagi,khususnya Kota Kinabalu, selain pemandanga­n pantai dengan warna senjanya yang indah, “seafood”nya juga sangat okay !! Sedap bah ! UB: Apa yang pak Cahyonp rindukan di Jakarta tetapi tidak ada di Sabah? DRS CAHYONO: Saya merasa nyaman dan selesa bertugas di Sabah, feel at home. Sabah seperti layaknya “my second home”. Rasanya, hampir tidak ada “homesick”. UB: Apa makanaan yang paling diminati? DRS CAHYONO: Saya suka Japanese Food (kecuali shasimi) dan Seafood. UB: Apa cita-cita sewaktu kecil? DRS CAHYONO: Cita-cita saya waktu kecil sangat sederhana, ingin menjadi guru Sekolah Dasar atau disini disebut sekolah rendah. Saya melihat, guru merupakan peribadi yang mulia dan dihormati di kampung. Kerana itu, selepas lulus SD, saya kemudian masuk ke PGA (Pendidikan Guru Agama), yang lulusannya, biasanya menjadi Guru Agama di SD. UB: Wah.Rupanya Pak Cahyono

DRS CAHYONO:nyaris jadi Belum guru? genap 1 tahun di PGA, saya pindah sekolah ke Madrasah Tsanawiyah, dengan harapan nantinya bisa masuk IAIN (sekarang Universita­s Islam Negeri).Perjalanan hidup nampaknya menentukan lain, selepas lulus Madrasah Tsanawiyah, saya melanjutka­n ke “sekolah menengah umum” (bukan sekolah agama), yang membawa saya masuk ke Universita­s Brawijaya (UB) di Malang. UB: Pernah bercita-cita jadi diplomat? DRS CAHYONO:Sejujurnya saya tidak pernah bermimpi menjadi seorang diplomat. Selain ingin menjadi guru SD, setelah masuk UB cita-cita tertinggi saya adalah menjadi seorang akauntan. UB: Oh ya.Mungkin ada pesanan atau nasihat orang tua yang masih bapak ingat? DRS CAHYONO:Pesan orang tua yang masih diingat“Bekerja dan mengabdi dengan jujur dan sebaik mungkin, sampai pada saatnya mencapai pensiun (bersara) secara khusnul khotimah”. UB: Sebagai seorang yang pernah bertugas di beberapa buah negara, mungkin ada pengalaman pahit manis dalam kehidupan. DRS CAHYONO: Setiap detik nafas kehidupan adalah anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri. Kerana itu, sudah sepatutnya pula hidup ini selalu dirasa dan dijalani dengan manis. Kalaupun, masih ada mimpi dan cita-cita yang belum tercapai, boleh jadi hal itu merupakan bentuk dari kasih sayang Tuhan kepada kita. UB: Mungkin ada yang Pak Cahyono boleh katakan mengenai penugasan ke luar negeri?

DRS CAHYONO: Penugasan di luar negeri selalu mempunyai sisi menarik,bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai bangsa, dengan budaya dan kebiasaan yang berbeza-beza. Di setiap bangsa atau masyarakat, saya melihat selalu ada kearifan lokal yang sangat baik atau “local wisdom” yang menarik dan memperkaya pengalaman saya. Jadi, selain memperkena­lkan dan mempromosi­kan Indonesia, saya banyak menyerap “local wisdom” untuk nantinya dibawa pulang ke Indonesia sebagai “oleh-oleh” yang sangat berharga. UB: Boleh beritahu sedikit tugasan di KJRI KK? DRS CAHYONO: Untuk KJRI di Kota Kinabalu, penekanan tugas memang lebih banyak pada masalah pelayanan dan perlindung­an Warga Negara Indonesia (WNI), mengingat banyaknya komuniti dan buruh imigran WNI yang bekerja di wilayah Sabah.

 ??  ?? “ORANG Sabah pada umumnya sangat bersahabat dan ramah. Penduduk Sabah yang majmuk,beraneka ragam suku, tetapi mereka sangat toleransi dan hidup dalam harmoni,” kata Drs Cahyono Rustam, Konsul Sosial Budaya KJRI Indonesia Kota Kinabalu mengenai...
“ORANG Sabah pada umumnya sangat bersahabat dan ramah. Penduduk Sabah yang majmuk,beraneka ragam suku, tetapi mereka sangat toleransi dan hidup dalam harmoni,” kata Drs Cahyono Rustam, Konsul Sosial Budaya KJRI Indonesia Kota Kinabalu mengenai...
 ??  ?? DRS.CAHYONO RUSTAM,MM dilahirkan pada 10 Ogos 1963, di kota Malang, Jawa Timur. Anak kedua daripada empat bersaudara ini mendapat pendidikan awal hingga peringkat universiti di Kota Malang, kota kelahirann­ya yang juga dikenali sebagai Kota Pendidikan....
DRS.CAHYONO RUSTAM,MM dilahirkan pada 10 Ogos 1963, di kota Malang, Jawa Timur. Anak kedua daripada empat bersaudara ini mendapat pendidikan awal hingga peringkat universiti di Kota Malang, kota kelahirann­ya yang juga dikenali sebagai Kota Pendidikan....
 ??  ?? GAMBAR kenangan semasa bertugas di Arab Saudi.
GAMBAR kenangan semasa bertugas di Arab Saudi.
 ??  ??

Newspapers in Malay

Newspapers from Malaysia