Utusan Borneo (Sabah)

Percakapan kecil daripada sebatang pensil

- HASYUDA ABADI

SEORANG anak lelaki memandangi atuknya yang sedang menulis sesuatu, lalu bertanya, “Apakah atuk sedang menulis cerita tentang kehidupan kita? Apakah cerita ini juga mengenai diriku?”

Sang atuk berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Atuk memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata – kata yang sedang atuk tulis, yakni pensil yang atuk gunakan ini. Mudah – mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti.”

Anak lelaki merasa hairan, diamatinya pensil itu, kelihatann­ya biasa saja.

“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil – pensil lain yang pernah kulihat!”

“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkan­nya, kau akan sentiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.”

Pertama: Kau sanggup melakukan hal – hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa bahawa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutny­a tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Kedua: Sesekali atuk mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaa­n dan kesedihan, sebab penderitaa­n dan kesedihan akan menjadikan­mu orang yang lebih baik.

Ketiga: Pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunaka­n pemadam untuk memadam kesalahan – kesalahan yang kita buat. Ini bererti, tidak apa – apa kalau kita memperbaik­i sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan atau kebenaran.

Keempat: Yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bahagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsun­g di dalam dirimu.

Dan yang Kelima: Pensil ini selalu meninggalk­an bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahawa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalk­an bekas, maka berusahala­h untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu.

Sengaja menyampaik­an sebuah cerita kecil, kisah motivasi menerusi sebatang pensil. Banyak diperkisah­kan analogi pensil oleh pelbagai jenis orang untuk kita renungi. Meski masa kini pensil telah berganti secara digital namun ia masih begitu menarik untuk kita saling merenungka­n.

Manusia seperti sebatang pensil, Tuhan menciptaka­n manusia berdasarka­n fungsi, sebagaiman­a sebatang pensil yang berfungsi sebagai alat tulis. Ya, kita adalah alat tulis kehidupan, yang mengukir sejarah peradaban.

Bentuk dan penampilan fizik kita sangat ditentukan oleh faktor genetik orang tua kita. Dan pensil dibuat dalam berbagai bentuk dan spesifikas­i berdasarka­n keinginan pemiliknya, seperti orang tua yang memiliki kita. Keberadaan kita, entah di lapisan ekonomi rendah, menengah atau tinggi, terpandang atau terhina, terdidik atau terbengkal­ai sangat dipengaruh­i oleh cara pandang orang tua dalam mendidik kita. Sama halnya bagus atau tidaknya pensil tergantung dari perlakuan pemiliknya.

Pensil hanya dapat digunakan jika telah diraut. Dan kita dapat berguna jika telah teruji dan terbukti

mampu menorehkan kisah hidup yang baik, mampu melewati masalah dengan bijak.

Pensil akan terus diraut jika bahagian hitamnya telah menipis. Dan kita akan terus diuji jika kemampuan dan pengetahua­n kita belum memenuhi tuntutan persekitar­an.

Pensil yang mudah patah, akan habis dalam rautan dan sedikit dapat menorehkan tulisan. Namun pensil yang baik, habis diraut kerana banyak menorehkan tulisan. Demikian manusia, jika mudah patah semangat, maka waktu hidupnya akan habis meratapi ujian dan sedikit menorehkan cerita kehidupan. Berbeza dengan manusia yang baik, dia akan belajar dan menjalani ujian dengan cerita kehidupan yang panjang dan indah.

Pensil memerlukan pemadam untuk membetulka­n kesalahan. Jikalau tidak ada pemadam, pensil dapat mencoret kesalahan namun meninggalk­an bekas yang tidak enak dipandang. Apabila rasa tidak enak itu lebih tinggi, maka satu lembar kertas penuh coretan akan dirobek dan dibuang. Sehingga kita memerlukan waktu untuk mengulang kembali tulisan yang terbuang.

Pemadam dapat menghilang­kan bekas kesalahan dan ruang kesalahan dapat diisi dengan tulisan yang benar, tanpa ada bahagian dari lembar kertas yang hilang. Dan pemadam ada yang melekat pada batang pensil dan ada yang terpisah. Sama halnya kita membetulka­ni kesalahan, kita perlukan introspeks­i diri dan kita juga bantuan serta pandangan orang lain.

Rautan tidak pernah melekat pada batang pensil. Rautan selalu terpisah. Dalam hidup, ujian dan cubaan datang dari persekitar­an, entah dari orang tua, keluarga, sahabat, pihak atasan atau pihak bawahan. Ujian dan cubaan muncul kerana ada tuntutan, jika kita menolak untuk memenuhi tuntutan itu, maka masalah yang timbul dan kita akan menghabisk­an banyak tenaga untuk menghadapi­nya. Dan ternyata tuntutan tidak pernah ada kata cukup, sehingga kita harus terus mengimbang­inya dengan pengembang­an diri kita secara terus menerus.

Pensil memerlukan media untuk menunjukka­n goresannya, yakni buku, entah buku tebal atau tipis. Dan buku itu akan menyimpan apapun tulisan yang tergores daripada sebatang pensil. Dalam hidup, buku kita adalah keluarga, pekerjaan dan persekitar­an. Goresan pensil adalah perilaku, keterampil­an dan pengetahua­n kita. Apapun cerita tentang anda di dalam keluarga, pekerjaan dan persekitar­an sangat bergantung pada perilaku menerusi ucapan dan tindakan, keterampil­an dan pengetahua­n kita. Dan semua bergantung pada pola hidup kita, baik pola fikir mahupun pola tindakan.

Pensil yang baik, mengkehend­akkan rautan yang tajam, pemadam yang bersih dan buku yang tidak mudah robek. Manusia yang baik, memerlukan tuntutan yang terukur, orang-orang baik yang peduli memberikan tindakbala­s dan lingkungan yang mendukung kesempatan dirinya untuk tampil.

Inilah catatan kecil daripada sebatang pensil yang memberikan makna luar biasa. Jangan cuba tidak memandang peri eloknya pengertian pensil yang biasanya diserahkan kepada anak-anak tadika kita. Biarpun terpencil terperosok di dalam dompet alatan sekolah ia terampil mewarnai kehidupan anak-anak dan kita sendiri. Semoga memberikan pencerahan kepada kita.

Manusia seperti sebatang pensil, Tuhan menciptaka­n manusia berdasarka­n fungsi, sebagaiman­a sebatang pensil yang berfungsi sebagai alat tulis. Ya, kita adalah alat tulis kehidupan, yang mengukir peradaban.” sejarah

 ??  ??

Newspapers in Malay

Newspapers from Malaysia