Puisi Minggu Ini
MAKAM SEPI
mata yang hidup lalu redup, bercengkerama dengan gulita, membaur kesunyian malam, tebar teror dalam setiap denyut nadi, dan napas yang tersengal, adalah bukti bahwa ada yang mati. cinta telah mati! kasih terkapar, sebagai makam yang sepi. hanya daun kering membelai, tanah kerontang musim kemarau. menuai elegi.
Jakarta, 2021
LAMUNAN DI TENGAH HUJAN
kepalaku banyak tanda tanya, dan ingin kusampaikan padamu, bahwa hujan semalam membenturkan, gigil yang membelai rambut basahku. yang kunikmati selain riuh, pun kenangmu, merasuk di sela-sela sepi jalanan, dan mengajak daku menjelajah, belantara rasa kala senang terpantul, dalam tawamu, sedang sedih hadir, kala tubuh terpendam tanah.
Jakarta, 2021
PUAN YANG MENGIKAT RAMBUT DENGAN JANJI
puan bercermin dan terlihat, retakan kaca menuai pilu, dan puan menangis teringat janjijanji, yang dulu terucap dari mulut seorang lelaki. mata puan memerah senja, rambutnya liar bagai api yang menari, di atas kobaran kayu tua. terlihat beberapa kata, berkeliaran, tentang rasa yang kini redup selepas, hati tak lagi menyatu; puan terpaku. ia benturkan kepalanya, dan cermin seketika pecah, terserak keping kenangan, yang dulu terjalin mesra, saat dirinya mengikat asmara, dengan sumpah, kala puan mengikat rambut, dengan janji yang kini, menjadi sampah.
Jakarta, 2021
AKAR UMBI BITARA ILMU
AKAR UMBI
Sendi akar kenal budi walau menjalar membawa diri walau serabut tanpa seri walau banirnya hidup sendiri kudrat jati tetap berumbi siramilah berkali-kali kenali akar umbi.
UMBI BITARA
Kalian umbi menara ilmu membudaya rasa ingin tahu membugar minda tunas baharu membajak budi di sekeliling waktu tiada taranya dedikasi yang padu menghambat pergi rasa jemu barulah perkasa Bitara Ilmu.
BITARA ILMU
Tugas bitara tidak mudah perlu bina fakta nyata perlu terima kritikan membina perlu laksana tindakan bersama barulah tercapai misi ditujah modal insan kelak bijak bersuara lestari hidup dalam aman sentosa.